Kamis, 05 April 2012
10 Keajaiban Arsitektur dan Teknologi di Masa Lalu gan Achitecture keren
10 Keajaiban Arsitektur dan Teknologi di Masa Lalu
30 Jan
Dalam kesempatan kali ini kembali
saya mengajak Anda untuk mengagumi hasil karya yang telah di ciptakan oleh
orang-orang terdahulu. Tujuannya adalah agar kita bisa mengambil pelajaran dan
tidak terus berlaku sombong dalam kehidupan ini. Karena ternyata kita bukanlah
satu-satunya kaum yang maju dan memiliki kelebihan dalam peradaban. Sehingga
sebaiknya tidak mengikuti kesalahan atau kekufuran yang pernah dimiliki oleh
orang-orang sebelum kita.Berikut adalah 10 keajaiban arsitektur dan teknologi manusia di zaman dulu sebelum zaman modern di kenal. diantaranya:
1. Chand Baori (India)
Chand Baori adalah sumur terkenal terletak di desa dekat Abhaneri Jaipur di negara bagian Rajasthan India. Candi ini dibangun pada abad ke-9 dan memiliki 3.500 langkah dengan kedalaman 100 meter. Ini adalah contoh keunggulan arsitektur yang menakjubkan di masa lalu.
2. Desain kincir angin, sistem ventilasi/menara angin (Persia/Iran)
Kincir angin Persia kuno merupakan salah satu kincir angin tertua yang pernah dibuat oleh manusia. Kincir angin ini dibuat oleh peradaban Persia sekitar 3000 tahun yang lalu. Kincir angin ini digunakan untuk menggiling gandum dan memompa air.
Tanaman alang – alang diikat menjadi satu sehingga terbentuk bantalan yang diletakkan di sumbu pusat. Kincir angin ini dibuat dengan hati – hati, karena hampir setiap bagian dibuat dengan tangan. Walaupun mekanismenya sederhana, tetapi kincir angin ini telah dikenal oleh seluruh peradaban lainnya pada masa itu, dan beberapa negara masih menggunakan mekanisme seperti ini hingga di era modern ini. Bisa dibilang, kincir angin kuno ini merupakan cikal bakal kincir angin modern yang digunakan sebagai pembangkit listrik tenaga angin.
Menara angin atau wind tower juga digunakan oleh masyarakat Persia untuk sistem ventilasi udara di rumah – rumah mereka. Sistem ventilasi mereka jauh lebih rumit dari sistem ventilasi yang ada di rumah kita. Sistem ventilasi yang mereka kembangkan sejak 2.000 tahun yang lalu ini mungkin hanya bisa disaingi oleh sistem ventilasi dengan teknologi modern. Prinsipnya adalah dengan menggunakan kombinasi perbedaan tekanan udara, dan penyesuaian iklim lingkungan di daerah Persia.
3. Saluran air Grafitasi dan pemanfaatan energi Geothermal (Romawi)
Bangsa Romawi kuno juga mengembangkan suatu saluran air yang memanfaatkan gravitasi bumi untuk mengalirkan air ke seluruh wilayah Romawi. Selain digunakan untuk mengalirkan air, saluran air gravitasi ini juga digunakan dalam berbagai kegiatan masyarakatnya, diantaranya untuk roda air, hidrolik penghancur bijih besi, dan lain – lain.
Peradaban Romawi kuno telah memanfaatkan energi panas bumi untuk memenuhi kebutuhan energinya. Energi panas bumi berasal dari gunung berapi Vesuvius, yang kemudian memanaskan air di sekitar wilayah tersebut.
Panas yang dihasilkan tadi kemudian digunakan untuk berbagai hal, seperti untuk pemandian air panas, hidrolik, kebutuhan medis, dan lainnya. Jika listrik telah ditemukan pada masa itu, mungkin sumber energi ini bisa dimanfaatkan lebih luas lagi.
4. Saluran bawah tanah (Yerussalem)
Karena Yerussalem terletak di dataran tinggi dan jauh dari sumber air, maka kota ini memenuhi kebutuhan air dari sungai bawah tanah. Masyarakatnya telah mengembangkan suatu saluran air bawah tanah yang masih bisa digunakan hingga saat ini, meski telah berumur puluhan ribu tahun.
5. Pemanfaatan energi surya (Yunani kuno)
Pemanfaatan energi surya telah ditemukan oleh peradaban Yunani kuno. Jika kita menggunakan sel surya sebagai pembangkit tenaga listrik, maka peradaban Yunani kuno menggunakannya sebagai cadangan panas selama musim dingin berlangsung.
Konsepnya begitu sederhana, mereka membuat bangunan yang menghadap ke arah matahari, dan seluruh bangunan didesain seperti itu untuk menangkap sinar matahari sebanyak – banyaknya di siang hari karena sinar matahari lebih rendah dari atap mereka.
Ketika di malam hari, seluruh Peradaban Romawi selangkah lebih maju dengan menambahkan kaca untuk menyerap panas matahari dengan maksimal. Ternyata pemanfaatan tenaga surya itu sudah ada sejak lama ya.
6. Istana Tebing/Cliff Palace (Colorado, Amerika Utara)
Tempat yang disebut dengan Istana Tebing ini terletak di Mesa Verde National Park, Colorado. Bangunan unik ini dibangun oleh masyarakat Amerika Utara pada zaman dahulu. Desain konstruksi yang unik ini memiliki tujuan sebagai pendinginan dari sengatan matahari yang panas pada masa itu.
Kita tidak bisa meremehkan begitu saja bangunan – bangunan zaman dahulu. Terkadang, dengan teknologi modern sekalipun, belum tentu dapat menghasilkan bangunan serupa dengan fungsi yang sama pula. arsitektur zaman kuno memang luar biasa, menandakan bahwa pencapaian ilmu pengetahuan pada masa itu tergolong maju
7. Arsitektur luno dengan panjang gelombang yang sama (kepulauan Mediterania Malta)
Orang kuno di kepulauan Mediterania Malta mungkin sengaja menggunakan suara untuk mengubah kondisi pikiran, menurut Old Temples Study Foundation (OTSF), organisasi nirlaba berbasis di Florida yang mendukung riset dan pendidikan berhubungan dengan monumen kuno di Malta.
Kompleks kuil Hipogeum ini berusia 6.000 tahun di Hal Saflieni sebelah selatan Malta berukuran sebesar 500 meter persegi, terdapat tiga lantai dibawah tanah yang dipahat dengan granit solid. Bangunan ini adalah satu dari beberapa monument megalitik Malta yang dibangun oleh orang sangat ahli lebih dari seribu tahun sebelum dibangunnya Stonegenge atau piramida Mesir.
Para arkeolog memperkirakan umur Hypogeum ini dari sekitar 3600 S.M dan dipakai hingga sekitar 2400 S.M, setelah itu kuil megalitik Malta ini tiba-tiba tidak dipakai lagi, kata Linda Eneix, president OTSF.
Di dalam Hipogeum terdapat beberapa ruang dan bilik dengan ukuran dan bentuk berbeda, sebagian meniru arsitektur kuil di atas tanah, dan terdapat ruangan “gema” yang penuh misteri, dimana terdapat tumpukan tulang belulang sekitar 7.000 manusia ketika pada 1902 secara kebetulan ditemukan. Kebanyakan ilmuwan memperkirakan bahwa tempat itu mungkin dipakai untuk tempat penguburan dengan menggunakan ritual keagamaan. Eneix percaya ritual tersebut berhubungan dengan pemujaan Ibu Bumi.
8. Petra (Yordania)
Petra adalah kota yang didirikan dengan memahat dinding-dinding batu diYordania. Petra berasal dari bahasa Yunani yang berarti ‘batu’. Petra merupakan simbol teknik dan perlindungan. Kata ini merujuk pada bangunan kotanya yang terbuat dari batu-batu di Wadi Araba, sebuah lembah bercadas di Yordania. Kota ini didirikan dengan menggali dan mengukir cadas setinggi 40 meter. Petra merupakan ibukota kerajaan Nabatean. Didirikan pada 9 SM-40 M oleh Raja Aretas IV sebagai kota yang sulit untuk ditembus musuh dan aman dari bencana alam seperti badai pasir. Suku Nabatean membangun Petra dengan sistem pengairan yang luar biasa rumit.
Terdapat terowongan air dan bilik air yang menyalurkan air bersih ke kota, sehingga mencegah banjir mendadak. Mereka juga memiliki teknologi hidrolik untuk mengangkat air. Terdapat juga sebuah teater yang mampu menampung 4.000 orang. Kini, Istana Makam Hellenistis yang memiliki tinggi 42 meter masih berdiri impresif di sana.
9. Maccu Picchu (Peru)
Machu picchu (“gunung tua” dalam bahasa quechua; sering juga disebut “kota inca yang hilang”;) adalah sebuah lokasi reruntuhan inca pra-columbus yang terletak di wilayah pegunungan pada ketinggian sekitar 2.350 m. Machu picchu berada di atas lembah urubamba di peru, sekitar 70 km barat laut cusco. Situs ini sempat terlupakan oleh dunia internasional, tetapi tidak oleh masyarakat lokal. Situs ini kembali ditemukan oleh arkeolog dari universitas yale hiram bingham iii yang menemukannya pada 1911. Peru kemudian melakukan usaha-usaha legal untuk mengambil kembali artifak-artifak yang dibawa oleh bingham dari situs tersebut.
Bagi suku Inca dan masyarakat Peru secara keseluruhan, Machu Picchu yang dianugerahi Warisan Dunia oleh Unesco itu menjadi simbol kejayaan kerajaan suku Inca. Machu Picchu menjadi tujuan wisata yang tidak pernah sepi wisatawan yang penasaran melihat kecanggihan bangunan tembok batu di kota tua seluas 20 hektar denga 140 bangunan batu itu.
Bagian yang mengagumkan dari Machu Picchu ada pada kontruksi tembok batu raksasanya. Berbeda dengan Borobudur yang disusun dari batu mayoritas berbentuk kotak dan teratur rapi, tembok Machu Picchu dibuat dari batu granit seberat 50 ton yang bentuk dan ukurannya berbeda-beda.
Bahkan, tidak ada rongga sedikit pun antara satu batu dan batu lain. Para ahli arsitektur menduga, suku Inca menggunakan teknik dry stone untuk membuat tembok raksasa. Teknik ini tidak menggunakan bahan material apapun untuk merekatkan batu. Batu hanya diatur tak beraturan seperti main puzzle, tetapi rapi karena batu-batu itu seperti dipotong agar pas satu sama lain. Cara Inca memotong batu-batu masih menjadi misteri sampai sekarang. Bahkan, batu-batu itu juga tampak seperti dipoles karena permukaannya yang mulus.
Pasalnya, pada zaman teknologi modern seperti sekaran ini saja perlu waktu berjam-jam untuk memotong satu batu granit. Itu pun harus pakai alat potong khusus. Saking canggihnya bangunan dan tembok batu Machu Picchu, orang-orang yang membangun Machu Picchu dianggap sebagai tukang batu yang terbaik di dunia.
Peradaban Inca yang canggih dan sebagian besar masih menjadi misteri-termasuk misteri musnahnya peradaban Inca ini yang membuat Pemerintah dan masyarakat Peru ngotot untuk menelusuri dan meminta kembali semua artefak yang hilang dibawa lari keluar dari Peru. Bahkan, Presiden Garcia bersedia mengeluarkan biaya sebesar apa pun untuk mengembalikan semua artefak warisan budaya Peru asalkan jual beli ilegal artefak Peru di pasar gelap bisa dihentikan.
10. Taman gantung Babylonia
Taman gantung Babylonia yang merupakan 7 keajaiban dunia kuno yang mungkin kita semua pernah mendengar tentang hal itu. Taman ini juga dikenal sebagai Taman Tergantung Semiramis yang dibangun oleh Raja Nebuchadnezzar II sekitar 604-562 SM. Taman tergantung Babylon ini terletak sekitar 50 kilometer selatan Baghdad, Iraq di sebelah tebing timur Sungai Euphrates.
Babylon, ibukota dari babylonia, imperium kuno Mesopotamia sendiri merupakan sebuah kota yang terletak di dekat sungai Euphrates yang sekarang dikenal sebagai Irak selatan. Berdasarkan sejarah, dinasti pertama dari Babylon didirikan oleh Hammurabi pada masa Neo-Babylonian setelah kehancuran imperium Assyrian. Babylon menjadi salah satu kota terpenting pada zaman Timur Tengah kuno ketika Hammurabi (1792-1750 BC) menjadikannya ibukota kerajaan Babylonia.
Werner Keller menuliskan: “Pada 1899 German Oriental Society (Masyarakat Asia Jerman) menjadi bagian dari ekspedisi besar dibawah arahan seorang arsitek bernama Professor Robert Koldewey, untuk mempelajari tumpukan reruntuhan “Babil” pada sungai Efrat. Penggalian memakan waktu yang lebih lama dari penggalian manapun. Dalam 18 tahun ibukota dunia kuno yang paling terkenal, tahta kerajaan Raja Nebukadnezar, memperoleh titik terang, dan pada saat yang sama salah satu keajaiban dunia yaitu “Taman Gantung” dan ‘E-temen-an-ki,’ Menara Babel yang legendaris.
Teknik penataan bata digambarkan dalam alkitab pada pembangunan Menara Babel berhubungan dengan penemuan arkeologis. Sebagaimana dikonfirmasikan oleh penyelidikan, sebenarnya hanya bata dengan ter yang digunakan dalam konstruksi, khususnya pada bagian pondasi. Hal itu jelas sangat penting demi keamanan struktur menurut aturan pembangunan … Pondasi dan dinding dengan demikian dibuat tahan air dan tahan kelembaban dengan menggunakan cairan pekat, seperti aspal (ter) … Tujuh tingkat, ‘tujuh persegi’, tiap tingkat berdiri diatas tingkat sebelumnya. Tablet kecil milik seorang arsitek yang ditemukan dalam kuil secara ekspresif menunjukkan bahwa panjang, lebar, dan tinggi adalah sama … Panjang sisi pada lantai dasar diperhitungkan kurang lebih sekitar 290 kaki. Arkeologis mengukurnya sepanjang 295 kaki. Menurut hal tersebut, dengan demikian menara memiliki tinggi hampir 300 kaki” (The Bible As History, 1980 edition, pp. 302, 317-318).
Penelitian lebih lanjut mengungkapkan bahwa menara yang asli telah dihancurkan dan pada situs yang sama menara berikutnya dibangun pada masa Nebukadnezar. D.J. Wiseman, profesor Assyriologi (sejarah Assyria) menjelaskan: “Menara tersebut mengalami rusak berat dalam peperangan pada tahun 652-648 SM tetapi kembali direstorasi oleh Nebukadnezar II (605-562 SM). Adalah bangunan ini, bagian yang ditemukan kembali oleh Koldewey pada 1899, yang digambarkan oleh Herodotus pada kunjungannya pada 460 SM. … Tingkat dasar [dari menara yang disebut terakhir] berukuran 90 x 90 meter dan setinggi 33 meter … ziggurat [sebuah menara suci] di Babilonia dimusnahkan oleh Xerxes pada 472 SM, dan meskipun Alexander membersihkan reruntuhan guna merestorasinya namun upaya ini terhenti karena kematiannya. Batu bata yang terkumpul kemudian dipindahkan oleh penduduk lokal, dan sekarang Etemenanki (Menara Babel) terkubur sangat dalam sedalam bangunan aslinya yang tinggi” (New Bible Dictionary, 1982, p. 111).
***
Demikianlah 10 keajaiban arsitektur dan teknologi manusia di zaman sebelum
era modern di kenal. Semoga dengan ini bisa menambah wawasan kita akan sejarah
masa lampau dan semakin menyadarkan kita bahwa jangan pernah berlaku sombong atas
pencapaian yang mungkin kini telah diraih. Sehingga peradaban kita bisa tetap
langgeng dan harmonis sepanjang masa.Yogyakarta, 30 Januari 2011
Mashudi Antoro (Oedi`)
[Disadur dari beberapa sumber di internet]
SEJARAH SINGKAT TAMAN SARI JOGJA
SEJARAH SINGKAT TAMAN SARI DAN PERKAMPUNGANNYA
kawasan Tamansari dengan kampung taman-nya ini sangat
terkenal dengan kerajinan batiknya. Kita dapat berbelanja maupun melihat secara
langsung pembuatan batik-batik yang berupa lukisan maupun konveksi. Kampung
Tamansari ini sangat dikenal sehingga banyak mendapat kunjungan baik dari
wisatawan mancanegara maupun wisata nusantara.
Tamansari dibangun pada masa Sultan Hamengku Buwono I
atau sekitar akhir abad XVII M.
Tamansari adalah sebuah tempat yang cukup menarik untuk
dikunjungi. Selain letaknya yang tidak terlalu jauh dari Kraton Yogyakarta yang
merupakan obyek wisata utama kota ini, Tamansari memiliki beberapa
keistimewaan. Keistimewaan Tamansari antara lain terletak pada bangunannya
sendiri yang relatif utuh dan terawat serta lingkungannya yang sangat mendukung
keberadaannya sebagai obyek wisata.
ta/TAMANSARI%20-%20Benteng%20yang%20Dikelilingi%20Air.htm
AK terhitung seberapa banyak bangunan peninggalan
bersejarah di Indonesia. Salah satunya Tamansari yang termasuk bagian dari
warisan budaya Keraton Kasultanan Yogyakarta. Letaknya tak jauh dari Keraton
Yogyakarta, sekitar 300 m di sebelah barat Keraton, tepatnya di Kampung Taman,
Kecamatan Kota Yogyakarta.
Tamansari dibangun pada pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I di tahun 1758. Tujuan pembangunannya adalah sebagai tempat untuk menentramkan hati, beristirahat, berekreasi, serta sebagai sarana/benteng untuk menghadapi situasi bahaya. Bangunannnya dilengkapi pula dengan tempat beribadah.
Naman Tamansari memiliki dua suku kata, yaitu taman yang berarti kebun yang ditanami bunga-bunga, dan sari yang berarti indah. Apabila digabungkan menjadi sebuah nama kompleks taman dengan keindahan dan suasananya yang asri.
Pemandangannya juga mengarah ke rumah-rumah penduduk sekitar yang dulunya dijadikan kebun buah
Tamansari dibangun pada pemerintahan Sri Sultan Hamengkubuwono I di tahun 1758. Tujuan pembangunannya adalah sebagai tempat untuk menentramkan hati, beristirahat, berekreasi, serta sebagai sarana/benteng untuk menghadapi situasi bahaya. Bangunannnya dilengkapi pula dengan tempat beribadah.
Naman Tamansari memiliki dua suku kata, yaitu taman yang berarti kebun yang ditanami bunga-bunga, dan sari yang berarti indah. Apabila digabungkan menjadi sebuah nama kompleks taman dengan keindahan dan suasananya yang asri.
Pemandangannya juga mengarah ke rumah-rumah penduduk sekitar yang dulunya dijadikan kebun buah
http://www.mediaindonesia.com/mediatravelista/index.php/read/2011/11/17/3321/2/Menapaki-Sejarah-Keraton-Kasultanan-di-Tamansari
http://jogjakotaku.multiply.com/journal/item/1/_TAMANSARI_restorasi_tiada_henti?&show_interstitial=1&u=%2Fjournal%2Fitem
Terletak di Kampung Taman, 500 m sebelah selatan kompleks
Keraton Yogyakarta, pada 1578 pesanggrahan ini dibangun sebagai tempat bercengkerama
dan menenangkan diri Sultan sekeluarga. Bukan hanya sebagai tetirahan,
Tamansari juga dilengkapi lorong rahasia untuk berlindung dan menyelamatkan
diri. Kompleks ini mulanya memiliki 57 bangunan, seperti kebun, gapura, danau
buatan, kolam pemandian, kanal air, juga masjid dan lorong bawah tanah.
Namun beberapa bagian itu kini sudah tak utuh lagi. Umumnya karena tergerus usia dan cuaca, namun tak jarang situs-situs tersebut rusak parah oleh bencana alam. Gempa hebat di Yogyakarta, 10 Juni 1867, menghancurkan sebagin besar bangunannya, termasuk terowongan yang konon tembus ke Keraton dan Pantai Selatan. Selepas Sultan Hamengkubuwono III bertahta, Tamansari pun tidak digunakan lagi. Lambat laun, masyarakat biasa mendirikan rumah-rumah di sekitarnya
dan membentuk perkampungan, yaitu Kampung Taman yang terkenal dengan kerajinan batiknya.
Upaya untuk mengembalikan pesona bangunan dengan perpaduan gaya Portugal, Jawa, Islam, dan Cina itu pun ditempuh. Pemda DIY memugar kompleks ini pada 1977. Pemeliharaan rutin dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) dengan dukungan APBN. Pada 2001, pemugaran gerbang dan urung-urung-nya menelan 120 juta rupiah dana APBD. Atas prakarsa Jogja Heritage Society, pada 2003 sebuah yayasan pelestarian seni-budaya Portugal, Calooste Golbenkian, bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dan Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM juga merehabilitasi Tamansari.
Berbagai langkah perbaikan itu, tentunya agar kondisi Tamansari tak semakin mengkhawatirkan. Seperti dicatat World Monument Fund, sebuah badan dunia yang peduli pada nasib situs-situs sejagat, Tamansari masuk dalam daftar 100 Most Endangered Sites, 100 situs paling terancam keberadaannya. Apalagi seusai lindu dahsyat 27 Mei 2006 silam, kondisi Tamansari kian memprihatinkan. Gempa bumi itu telah meretakkan tembok-temboknya. Banyak bagian Pulau Cemeti juga roboh. Puing-puingnya bahkan menewaskan sejumlah warga setempat.
Sampai kini, restorasi Tamansari masih berlangsung secara bertahap. Awal Maret 2007 lalu, upaya rehabilitasi Tamansari pasca-gempa kembali dibahas dengan melibatkan BP3 dan Unesco. Pemugaran dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan bahan, teknik, dan detail bangunan. Berbeda dengan bangunan biasa, Tamansari termasuk situs yang kaya catatan budaya dan sejarah. Tak semestinya upaya mengembalikan Tamansari sebagai—sesuai arti namanya—“taman yang indah” hanya dengan memasang material baru sehingga menghilangkan aura kelampauannya. Bukankah justru ini yang menjadikan Tamansari indah memesona dan dituju sebagai objek wisata?
Namun beberapa bagian itu kini sudah tak utuh lagi. Umumnya karena tergerus usia dan cuaca, namun tak jarang situs-situs tersebut rusak parah oleh bencana alam. Gempa hebat di Yogyakarta, 10 Juni 1867, menghancurkan sebagin besar bangunannya, termasuk terowongan yang konon tembus ke Keraton dan Pantai Selatan. Selepas Sultan Hamengkubuwono III bertahta, Tamansari pun tidak digunakan lagi. Lambat laun, masyarakat biasa mendirikan rumah-rumah di sekitarnya
dan membentuk perkampungan, yaitu Kampung Taman yang terkenal dengan kerajinan batiknya.
Upaya untuk mengembalikan pesona bangunan dengan perpaduan gaya Portugal, Jawa, Islam, dan Cina itu pun ditempuh. Pemda DIY memugar kompleks ini pada 1977. Pemeliharaan rutin dilakukan oleh Suaka Peninggalan Sejarah dan Purbakala (SPSP) dengan dukungan APBN. Pada 2001, pemugaran gerbang dan urung-urung-nya menelan 120 juta rupiah dana APBD. Atas prakarsa Jogja Heritage Society, pada 2003 sebuah yayasan pelestarian seni-budaya Portugal, Calooste Golbenkian, bekerjasama dengan Balai Pelestarian Peninggalan Purbakala (BP3) dan Pusat Studi Lingkungan Hidup UGM juga merehabilitasi Tamansari.
Berbagai langkah perbaikan itu, tentunya agar kondisi Tamansari tak semakin mengkhawatirkan. Seperti dicatat World Monument Fund, sebuah badan dunia yang peduli pada nasib situs-situs sejagat, Tamansari masuk dalam daftar 100 Most Endangered Sites, 100 situs paling terancam keberadaannya. Apalagi seusai lindu dahsyat 27 Mei 2006 silam, kondisi Tamansari kian memprihatinkan. Gempa bumi itu telah meretakkan tembok-temboknya. Banyak bagian Pulau Cemeti juga roboh. Puing-puingnya bahkan menewaskan sejumlah warga setempat.
Sampai kini, restorasi Tamansari masih berlangsung secara bertahap. Awal Maret 2007 lalu, upaya rehabilitasi Tamansari pasca-gempa kembali dibahas dengan melibatkan BP3 dan Unesco. Pemugaran dilakukan secara hati-hati dengan memperhatikan bahan, teknik, dan detail bangunan. Berbeda dengan bangunan biasa, Tamansari termasuk situs yang kaya catatan budaya dan sejarah. Tak semestinya upaya mengembalikan Tamansari sebagai—sesuai arti namanya—“taman yang indah” hanya dengan memasang material baru sehingga menghilangkan aura kelampauannya. Bukankah justru ini yang menjadikan Tamansari indah memesona dan dituju sebagai objek wisata?
sejarah arsitektur
Pengertian
dan Sejarah Arsitektur
Arsitektur
Sebelum tahu lebih banyak tentang
arsitektur, sebaiknya kita tahu dulu tentang pengertian arsitektur, serta
sejarahnya. Arsitektur adalah seni dan ilmu dalam merancang bangunan. Arti yang
lebih luas, arsitektur mencakup merancang dan membangun keseluruhan lingkungan
binaan, mulai dari level makro yaitu perencanaan kota, perancangan perkotaan,
arsitektur lansekap, hingga ke level mikro yaitu desain bangunan, desain
perabot dan desain produk.
Sejarah Arsitektur :
Setelah tahu arti dasar dari arsitektur, kita akan mengungkit sejarah daripada
arsitektur. Arsitektur lahir dari dinamika antara kebutuhan, dan cara. Tahap
awal dari arsitektur adalah tahap arsitektur prasejarah. Seiring dengan majunya
zaman, manusia pun tambah berkembang dalam hal pemikiran, dan pengetahuan mulai
berkembang melalui tradisi lisan dan praktek-praktek, kemudian arsitektur
berkembang menjadi ketrampilan.
Lama-kelamaan kompleksitas bangunan dan tipologinya pun meningkat. Teknologi
pembangunan fasilitas umum seperti jalan dan jembatan pun berkembang. Tipe
bangunan baru seperti sekolah, rumah sakit, dan sarana rekreasipun bermunculan.
Selain itu, karya tulis mengenai arsitektur mulai bermunculan. Karya-karya
tulis mengenai arsitektur menjadi kumpulan aturan untuk diikuti, khususnya
dalam pembangunan arsitektur religius. Contoh ini antara lain karya-karya tulis
oleh Vitruvius, atau Vaastu Shastra dari India purba. Di abad Pertengahan
Eropa, mulai dibentuk asosiasi profesi oleh para ahli keterampilan bangunan untuk
mengorganisasi proyek.
Pada
masa Renaisans, humaniora dan penekanan terhadap individual menjadi lebih
penting daripada agama, dan menjadi awal yang baru dalam arsitektur.
Pembangunan ditugaskan kepada arsitek-arsitek individual, seperti Michaelangelo,
Brunelleschi, Leonardo da Vinci. Tetapi, tidak ada pembagian tugas yang jelas
antara seniman, arsitek, maupun insinyur atau bidang-bidang kerja lain.
Bersamaan dengan penggabungan pengetahuan dari berbagai bidang ilmu, dan
munculnya bahan-bahan bangunan baru serta teknologi, seorang arsitek menggeser
fokusnya dari aspek teknis bangunan menuju ke estetika. Kemudian bermunculanlah
arsitek priyayi yang biasanya berurusan dengan klien kaya dan berfokus pada
unsur visual dalam bentuk yang menuju pada contoh-contoh historis. Pada abad
ke-19, Ecole des Beaux Arts di Prancis melatih calon-calon arsitek menciptakan
sketsa-sketsa dan gambar cantik tanpa menekankan konteksnya.
Revolusi Industri membuka pintu untuk konsumsi umum, sehingga estetika menjadi
ukuran yang dapat dicapai. Dulunya produk-produk berornamen estetis terbatas
dalam lingkup keterampilan yang mahal, menjadi terjangkau melalui produksi
massal. Produk-produk sedemikian tidaklah memiliki keindahan dan kejujuran
dalam ekspresi dari sebuah proses produksi.
Ketidakpuasan terhadap situasi sedemikian pada awal abad ke-20 melahirkan
pemikiran-pemikiran yang mendasari Arsitektur Modern, antara lain, Deutscher
Werkbund yang dibentuk 1907, memproduksi obyek-obyek buatan mesin dengan
kualitas yang lebih baik. Setelah itu, sekolah Bauhaus yang dibentuk di Jerman
tahun 1919, menolak masa lalu sejarah dan memilih melihat arsitektur sebagai
sintesa seni, ketrampilan, dan teknologi.
Masyarakat umum merasakan adanya penurunan mutu dalam arsitektur modern pada
tahun 1960-an, antara lain karena kekurangan makna, keburukan, keseragaman,
serta dampak psikologisnya. Sebagian arsitek menjawabnya melalui Arsitektur
Post-Modern dengan usaha membentuk arsitektur yang lebih dapat diterima umum
pada tingkat visual, meski dengan mengorbankan kedalamannya. Robert Venturi
berpendapat bahwa "gubuk berhias / decorated shed" adalah lebih baik
daripada sebuah "bebek / duck" (bangunan di mana baik bentuk dan
fungsinya menjadi satu). Pendapat Venturi ini menjadi dasar pendekatan
Arsitektur Post-Modern.
Sebagian arsitek lain menjawab dengan menunjukkan apa yang mereka pikir sebagai
akar masalahnya. ”Mereka merasa bahwa arsitektur bukanlah perburuan filosofis
atau estetis pribadi oleh perorangan, melainkan arsitektur haruslah
mempertimbangkan kebutuhan manusia sehari-hari dan menggunakan teknologi untuk
mencapai lingkungan yang dapat ditempati”.
Kesimpulannya, bangunan adalah produksi manusia yang paling kasat mata. Namun,
kebanyakan bangunan masih dirancang oleh masyarakat sendiri atau tukang-tukang
batu di negara-negara berkembang. Keahlian arsitek hanya dicari dalam
pembangunan tipe bangunan yang rumit, atau bangunan yang memiliki makna budaya.
Dan inilah yang diterima oleh masyarakat umum sebagai arsitektur. Peran
arsitek, meski senantiasa berubah, tidak pernah menjadi yang utama dan tidak
pernah berdiri sendiri.
Langganan:
Postingan (Atom)